Senin, 30 September 2013

Adalah cinta dan luka.




Menjauh untuk menjaga.
Adalah luka dan cinta menjadi kabur perbedaanya ketika seseorang terkubur oleh perasaanya. Ini bukan salah siapa-siapa mengapa seseorang paham hakikat cemburu, ini juga bukan dosa siapa-siapa ketika seseorang mengorbankan rasa sakit demi sebuah senyum yang merekah dengan dahi mengernyit.
Kau benar, aku lah aktornya : yang paling paham bermain mimik muka. Memang begitukan? Apalagi yang bisa dilakukan selain mengatup bibir dan memenjarakan kata-kata. Aku tidak akan mengatakanya meski lubang mulai menganga, semakin hari bertambah lebarnya. Memang itu yang aku mau, semakin lebar, semakin besar hingga akhirnya mati rasa.
Adalah jauh dan dekat menjadi sesuatu yang saling melekat ketika jarak mulai bicara. Kita dekat dalam pelukan sahabat, tapi sejujurnya jauh sebatas hati yang terus mengeluh. Lalu dia jauh hingga tak tersentuh, tapi dekat bagimu yang punya cinta berwujud pekat. Urusan ini memang sedikit membuat pertanyaan tanpa jawaban. Tapi bagi mereka yang memahami sebuah jarak, pemahamanya akan sederhana. Sesederhana jarak, yang bisa saja dikalahkan oleh waktu.
Aku hanya ingin kau paham, ini bukan sebuah kiasan yang parau. Bukan pula, tumpahan rasa yang remaja menyebutnya galau. Bukan! Tapi ini sebuah pemaknaan. Ini sebuah pengakuan. Bahwa Tuhan begitu ramah-Nya menjadi sutradara, hingga kita, manusia, adam, hawa, aku dan kamu bisa mengerti kesederhanaan hakikat cinta dan luka.  

Bandung, 25 september 2013



Tidak ada komentar:

Posting Komentar